Sangat menarik sekali ketika diri ini mengamati dunia kebahasaan di Indonesia yang banyak diwarnai oleh hadirnya bahasa-bahasa yang agak gaul sedikit macam bahasa slang/prokem, fenomena bahasa alay sampai kepada bahasa alay versi terbaru saat ini (celius, miapah, enelan, dan lain-lain.) Terlepas dari itu mungkin masih banyak bahasa-bahasa gaul atau rada aneh sedikit yang ada dimasyarakat tapi tidak mencuat kepada permukaan.
Fenomena bahasa alay versi terbaru inilah yang sekarang tengah terkenal dan menjadi bahan-bahan oborolan ringan para pengguna sosial media. Bahkan saking terkenalnya kata-kata tersebut – celius, miapah, dan enelan – membuat salah satu produk dari beberapa iklan kepincut untuk menggunakan jasa kata-kata alay itu. Tidak hanya itu, ternyata ketika ditelusuri lebih lanjut maka kita bisa menemukan sebuah weblog yang memuat kata-kata tentang kata-kata alay macam miapah, celius, enelan dan beberapa kata yang telah teridentifikasi sebagai kata alay versi terbaru.
Mungkin – samar dari kebenaran – mereka mempertimbangkan hal diatas karena mereka melihat segi keuntungan besar yang bisa didapat dari menggunakan fenomena yang sedang menjadi trend topik hangat di beberapa media sebagai daya pikat publik.
Pelbagai reaksi dari para blogger sampai kaum akademisi pun muncul ke muka untuk menyuarakan opininya mengenai ada apakah dibalik fenomena bahasa alay terbaru itu. Sebagian ada yang menuliskan tentang sejarah, fenomenanya sampai kepada tulisan-tulisan ringan yang dipicu karena penasaran sahaja. Sampai kepada tulisan-tulisan yang berbobot teori yang berkaitan tentang bahasa, sosiolinguistik atau apa saja.
Ekpresi Bahasa Alay dan Media
Setahu saya ketika fenomena bahasa alay versi lama mencuat ke muka terdapat beberapa indetifikasi dari pengamat bahwa bahasa tersebut menjadi sebuah fenomena yang meluas ketika sebahagian penuturnya menggunakan media situs jejaring yang tengah populer pada waktu itu, friendster (FS). Mereka menggunakan fasilitas update status untuk mengekpresikan apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka tahu.
Dizaman friendster kebanyakan orang-orang yang dianggap gaul, cantik dan terlihat lebih aduhai bidadari pasti banyak di mintai pertemanan oleh para pengguna FS yang tiada mengenal batas laut dan udara. Orang Bandung akan sangat mudah berkenalan dengan orang Papua bahkan orang Amerika, Bro!
Sekilas tidak ada yang salah dari proses tersebut apabila melihat kepada segi kebaikan yang didapat dari media yang memudahkan kita untuk mengenal saudara yang nan jauh disana. Tetapi ada suatu macam proses yang tiada terlihat nampak oleh mata hampa melainkan akan sedikit terlihat apabila menggunakan kacamata pembesar yang besar, jeli.
Orang-orang yang populer – dulu di fs pernah ada rekomendasi (orang paling popular ) – di FS itu ternyata membawa suatu dampak yang mewarnai para pengguna-pengguna friendster lain nya, khususnya didalam segi bahasa. Ketika pertama kali dikenal, para pengguna awal FS kebanyakannya adalah mereka dari orang-orang yang melek tekhnologi dan sebahagiannya adalah orang-orang gaul yang doyan memakai bahasa aneh di update status FS mereka. Penyebaran FS seiring dengan menjamurnya warnet pada waktu itu turut menjadi peran utama bagaimana bahasa alay gaul itu menyebar dengan cepat.
Pengguna FS yang baru tercengang ketika melihat ada bahasa alien yang hurupnya besar terus kecil, hurup u jadi oe, hurup ia jadi ea dan lain-lain. Karena yang dilihatnya adalah orang yang gaul dan glory tadi mungkin mereka lama kelamaan terpengaruh juga dan merasa sedikit agak gengsi karena menggunakan bahasa yang digunakan orang gaul.
Karena sifat jejaring sosial media yang bebas berekpresi (bahasa Instan messenger) maka sedikit demi sedikit dari pengguna FS itupun turuk serta untuk memakai bahasa alay yang digunakan oleh anak-anak gaul yang lebih populer di FS.
Benang merahnya adalah dari atas menuju ke bawah. Dari kalangan anak gaul kota dengan bahasa gaul nya yang lama-kelamaan ditinggal seiring dengan waktu. Sekarang tengah bertransformasi menjadi bahasa yang terlihat kampungan karena bahasa tersebut masih banyak digunakan oleh orang-orang yang notabennya sedikit kampung. Kasus serupa juga terjadi ketika pengguna twitter “jajang” yang suka menggunakan bahasa tweet yang aneh ketika ditelusuri lebih jauh ternyata jajang adalah muka dari orang-orang melek tehknologi. Untuk lebih lanjut saya sarankan ada penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.
Itu adalah sedikit sejarah ringkas mengenai fenomena bahasa alay versi awal. Sedangkan untuk fenomena bahasa alay versi sekarang mungkin agak sedikit sama dengan versi awal. Kata-kata yang ditemukan sekarang pun tidak jauh berbeda dari kata-kata alay versi awal. Penyederhanaan hurup, perubahan hurup vokal, penghilangan suatu kata dan sebagainya.
Yang membedakannya adalah situs jejaring sosial yang mewadahi bagaimana kata-kata itu menyebar luas di masyarakat umum. Kalau di versi bahasa alay awal FS adalah mediasinya kalau sekarang adalah Twitter yang menjadi media bagaimana bahasa alay versi kedua menyebar.
Saya kurang tahu betul siapakah pencetus kata-kata celius, miapah dan enelan itu. Yang saya ingin tahu adalah kenapa harus ada bahasa alay versi kedua? Dimanakah peran para pemerhati bahasa yang selalu mencanangkan bahasa Indonesia yang baik dan benar, meliputi hurup dan ejaan yang elok ditengah penyebaran jejaring media yang memungkinkan pemakai untuk menggunakan bahasa chatting?
Sumber : http://zakiiaydia.com/2012/10/23/alay-versi-terbaru-celius-miapah-enelan/
Posting Komentar